Potret sampah menumpuk di pinggir jalan sekitar Desa Laskap, Malili, Luwu Timur/Dirga Pangeran/Bollo.id
Potret sampah menumpuk di pinggir jalan sekitar Desa Laskap, Malili, Luwu Timur/Dirga Pangeran/Bollo.id

Tempat Pembuangan Minim, Sampah di Desa Laskap Malili Berpotensi Cemari Sungai

Sudah sejak lama sampah menjadi masalah serius di desa ini. Sungai telah dianggap sebagai tempat yang "halal" untuk dijadikan tempat pembuangan sampah oleh masyarakat yang tidak punya pilihan lain.

Luwu Timur – Bollo.id — Desa Laskap, sebuah desa yang terletak di Kecamatan Malili, Kabupaten Luwu Timur. Berjarak 10 kilometer dari pusat kecamatan, menjadikan desa ini terasa sedikit terpencil, serta jauh dari perhatian dan kata bersih. 

Sudah sejak lama sampah menjadi masalah serius di desa ini. Bagaimana tidak, sungai telah dianggap tempat yang “halal” untuk dijadikan tempat pembuangan sampah oleh masyarakat yang tidak punya pilihan lain. 

Bukan tanpa sengaja, menumpuknya sampah di pinggiran sungai adalah cara paling cepat untuk warga desa dikarenakan beberapa hal yang tidak memungkinkan mereka membuang sampah di tempat yang seharusnya. 

Alfian, pemuda yang tinggal di Desa Laskap ini menjadi saksi aktivitas tersebut. Menurutnya, sampah dibuang sembarangan sudah terjadi setidaknya sejak tahun 2019. 

“Menurut saya, sebenarnya desa ini masih perlu penambahan penampungan sampah, mengingat penampungan sampah yang ada sekarang tidak cukup untuk menampung sampah seluruh masyarakat desa,” katanya kepada jurnalis Bollo.id


Baca juga: Desa Punagaya Jeneponto tanpa Tempat Pembuangan Sampah


Kurangnya wadah atau tempat pembuangan membuat warga membuang sampahnya sembarang tempat. “Makanya banyak masyarakat yang buang sampah di samping-samping rumah yang merupakan pinggiran aliran sungai,” ucap Alfian. 

“Menurut saya pemerintah desa kalau bisa tambah penampungan lagi, karena yang buang sampah di situ bukan cuman masyarakat di sekitar sini, tapi semua masyarakat desa dan itu tidak cukup” sambungnya. 

Meski begitu, sebenarnya pemerintah Desa Laskap sudah berupaya untuk menyediakan tempat penampungan sampah untuk warganya. Namun, hal tersebut dinilai kurang efektif karena yang terjadi saat ini hal tersebut menambah masalah baru. 

Yaitu peletakan penampungan sampah di pinggir jalan poros yang merupakan jalan Trans Sulawesi yang ukurannya terbilang tidak cukup memadai hingga terjadinya tumpukan. Kondisi ini justru membuat jalan tersebut terlihat kotor dan kumuh, ditambah bau busuk yang mengganggu pengguna jalan. 

Ariyadi, kader dari Organisasi Pecinta Alam yang bersekret di Desa Laskap menambahkan, pernah ada tempat pembuangan sampah yang tersedia selain kontainer di pinggir jalan, di lokasi setempat. 

“Sebelumnya ada tempat pembuangan sampah, cuman tempatnya saya kira kurang memadai, apalagi tempatnya yang tidak sesuai regulasi, jarak yang dekat dengan pemukiman,” ungkap Ariyadi.

Selain itu katanya, endapan air yang merembes ke aliran air sungai saat hujan. “Yang dimana aliran sungai tersebut merupakan sumber kehidupan masyarakat di desa itu sendiri, mulai dari air minum, hingga air untuk mandi,” lanjutnya. 

“Harapan saya, masyarakat desa harus lebih sadar melihat hal ini, karena dampaknya bukan kepada siapa-siapa kecuali kepada mereka sendiri,” harap Ariyadi.

Melihat hal ini, tentunya masyarakat Desa Laskap, sangat membutuhkan solusi terbaik sebelum terlambat, mengingat resiko terjadinya banjir dan wabah penyakit adalah hal yang sangat mungkin terjadi di desa ini.


Arkil Batara Dirga Pangeran

Arkil Batara Dirga Pangeran adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Ia tamat sekolah pada tahun 2021, dan bergabung di organisasi pencinta alam, sejak Tahun 2019.

Tinggalkan balasan

Your email address will not be published.

Terbaru dari Warga Bercerita

ollo.id adalah media independen dan tidak dikuasai oleh investor. Sumber keuangan kami tidak berasal dari industri ekstraktif atau pihak-pihak yang memiliki afiliasi dengan industri tersebut.
Skip to content