Lapak pedagang di kawasan anjungan Pantai Losari/Andi Audia Faiza Nazli Irfan/Bollo.id
Lapak pedagang di kawasan anjungan Pantai Losari/Andi Audia Faiza Nazli Irfan/Bollo.id

Dari Meja Makan ke Laut: Limbah Minyak Goreng dan Sampah Plastik Cemari Pantai Losari

Lapisan minyak tipis terlihat kasat mata saat mengamati permukaan air di sekitar anjungan Pantai Losari, Kota Makassar.

Bollo.id — Lapisan minyak tipis terlihat kasat mata saat mengamati permukaan air di sekitar anjungan Pantai Losari, Kota Makassar. Sampah plastik pun ikut mengapung di samping lapisan minyak tipis itu.

Limbah minyak juga disadari keadaannya oleh Arman, seorang pemancing yang biasa mangkal di pantai kota itu. Ia sering memancing ikan Bubara di Pantai Losari untuk dikonsumsi kadang-kadang. 

Saat ditemui, ia bercerita tentang keadaan kebersihan pantai sambil memegang alat pancing di tangannya. Ia menduga bahwa limbah minyak goreng itu menuju ke laut saat mengalir di saluran drainase atau saluran pembuangan umum. 

“Minyak dari penjual yang di atas (pedagang makanan). Mereka punya pantry masing-masing, pas bersihkan piring, minyaknya itu yang mengalir ke saluran. Saluran itu yang mungkin bocor makanya ada minyak di air ini,” ujar Arman, Jumat, 13 Desember 2024.

Lapisan minyak tipis dan sampah plastik di sekitar kapal Pinisi, anjungan Pantai Losari/Andi Audia Faiza Nazli Irfan/Bollo.id
Lapisan minyak tipis dan sampah plastik di sekitar kapal Pinisi, anjungan Pantai Losari/Andi Audia Faiza Nazli Irfan/Bollo.id

Pria 53 tahun itu menduga bahwa baik pedagang maupun pengunjung di pantai ini tidak peduli soal kebersihan lingkungan. Dia kemudian menyoroti tindakan semena-mena dari warga.

“Mereka nda mau ribet, nda peduli itu minyaknya bocor (mengarah) ke laut karena yang penting untung (bisnis lancar). Ada juga orang datang kalau nda mau susah, langsung ji buang sampahnya ke laut,” lanjutnya.

Di depan kapal Pinisi yang menjadi kafe terapung, Arman mengomentari kebiasaan membuang sampah sembarangan, di samping sampah yang terbawa arus. Wawas diri mereka kurang terhadap lingkungan.

“Ini sampah bukan cuma dari sini, (sebab) dibawa arus juga. Tapi kalo (sampah) dari orang, susah, biar ada aturan atau ditegur, kalau dari orangnya sendiri yang nda peduli, nda bakal berubah ini (kebiasaan tidak peduli lingkungan),” ujarnya.

Sampah di sekitar kapal Pinisi, anjungan Pantai Losari/Andi Audia Faiza Nazli Irfan/Bollo.id
Sampah di sekitar kapal Pinisi, anjungan Pantai Losari/Andi Audia Faiza Nazli Irfan/Bollo.id

Dia mengungkapkan bahwa petugas kebersihan rutin mengangkut sampah yang mengapung di laut, meskipun tidak setiap hari. Dia selanjutnya berharap pihak swasta mengelola kebersihan sampah di pantai kota ini.

“Ada ji (yang bersihkan ini pantai). Itu kapalnya di sana,” kata Arman sambil menunjuk kapal angkut sampah bernama Pattasa ki. “Nda setiap hari ji juga dibersihkan, tapi rutin ji ambil sampah-sampah, kayak seminggu sekali lah,” lanjutnya.

“Bagus swasta ini (kelola kebersihan pantai) karena kalau pemerintah, nda bisa ki terlalu diharap. Yah meskipun harus pi ada dana dikasih, setidaknya mungkin bisa diharap (angkut sampah yang mengapung di air tiap hari),” imbuhnya.

Tidak jauh dari kapal Pinisi yang merupakan kafe dan para pedagang pisang, sampah lumut pun tampak mengapung di permukaan laut.


Bollo.id adalah media independen dan tidak dikuasai oleh investor. Sumber keuangan kami tidak berasal dari industri ekstraktif atau pihak-pihak yang memiliki afiliasi dengan industri tersebut. Dukung kami dengan berdonasi, agar bollo.id terus bekerja demi kepentingan publik.

Donasi melalui: bit.ly/donasibollo


Editor: Sahrul Ramadan


Tinggalkan balasan

Your email address will not be published.

Terbaru dari Warga Bercerita

Nestapa di Latimojong

Di pegunungan ini juga berbagai hewan endemik Sulawesi kabarnya bermukim. Konon, jika pendaki sedang beraktivitas di

Skip to content