Makassar, bollo.id – PT Huadi Nickel Alloy memperluas daerah pelabuhan jettynya di Desa Papan Loe, Kecamatan Pa’jukukang, Kabupaten Bantaeng. Dengan cara menimbun laut menggunakan limbah slag sisa dari hasil peleburan nikel. Limbah ini yang dijadikan sebagai bahan material reklamasi.
Kepala Divisi Energi dan Pangan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Selatan, Fadli mengatakan meskipun limbah tersebut dikategorikan non-B3, namun masih bisa menimbulkan risiko tinggi. Sebab, itu masih berpotensi mengandung pelbagai jenis zat kimia di dalamnya.
“Kita tidak tahu kandungan apa yang tersisa di dalamnya,” ucap dia, Rabu (30/8/2023).
Ia pun menilai jika tindakan perusahaan asal Tiongkok ini telah melampaui batas, karena dampaknya bisa merugikan masyarakat pesisir. Apalagi, yang dilakukan perusahaan tersebut tidak sesuai perencanaan analisis dampak lingkungannya (Amdal).
“Saya menduga pihak PT Huadi tidak paham karena mereka tidak transparan soal potensi dampak yang dapat muncul,” ucap Fadli.
Baca juga : Buruh Tambang di Morowali Tewas Akibat Slag
Dia bercerita situasi yang dialami petani rumput laut di Desa Baruga dan Papan Loe. Ketika datang musim timur, para petani produktif untuk menanam rumput laut.
Namun, banyak yang mengalami gagal panen. Fadli pun menduga terjadinya gagal panen akibat dari limbah slag yang digunakan sebagai material reklamasi.
“Dan ini pasti akan memberikan dampak jangka panjang bagi biota laut di sekitarnya,” tuturnya. “Jika kerang yang menjadi sumber makanan warga setempat tercemar tentu hal ini akan berlanjut pada kondisi kesehatan warga,” tambahnya.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar aparat penegak hukum bertindak cepat supaya laut tidak tercemar, sehingga dapat merugikan masyarakat.
Diketahui Pelabuhan PT Huadi terletak di Jalan Provinsi Bantaeng-Bulukumba, yang berdampingan dengan area pertanian rumput laut masyarakat Desa Papan Loe dan Desa Baruga, Kecamatan Pa’jukukang, Kabupaten Bantaeng.