Sampah plastik di tepian Pulau Gusung/Foto: Andi Audia Faiza Nazli Irfan/Bollo.id
Sampah plastik di tepian Pulau Gusung/Foto: Andi Audia Faiza Nazli Irfan/Bollo.id

Kepungan Sampah Plastik Kiriman dan Harapan Daur Ulang di Pulau Gusung Selayar

Mangrove di Gusung Barat menjadi penyaring sampah kiriman yang terkumpul di tepian. Selain menjadi habitat biota laut seperti kepiting. 

Bollo.id — Deretan pohon kelapa bak melambai tertiup angin di Pulau Gusung, Kabupaten Kepulauan Selayar seperti menyambut kedatangan kami pada pekan kedua April 2025. Dari sudut yang lain, mangrove berjejer nyaris mengitari pulau.

Menurut warga setempat, mangrove adalah tanaman yang paling mendominasi di pulau ini. Mangrove di Gusung Barat menjadi penyaring sampah kiriman yang terkumpul di tepian. Selain menjadi habitat biota laut seperti kepiting. 


Bollo.id adalah media independen dan tidak dikuasai oleh investor. Sumber keuangan kami tidak berasal dari industri ekstraktif atau pihak-pihak yang memiliki afiliasi dengan industri tersebut. Dukung kami dengan berdonasi, agar bollo.id terus bekerja demi kepentingan publik.

Donasi melalui: bit.ly/donasibollo


Saat saya ke tepian, sampah plastik nampak berkumpul di sekitar jembatan berhadapan dengan mangrove. Eti, warga pulau bilang kalau sampah itu adalah kiriman dari tempat lain. Biasanya terbawa arus lalu masuk ke wilayah mereka.

“Sampah kiriman itu (yang di pinggir pulau). Banyak (sampah) botol-botol di pinggir. Kayu-kayu (terbuang) juga ada di sana, terkadang diangkat naik dan dimanfaatkan masyarakat menjadi kayu bakar,” kata Andi Eti kepada Bollo.id, saat ditemui, Jumat, 18 April 2025.

Di Pulau Gusung ini sebenarnya ada bank sampah. Namun menurut Eti, bank sampah tidak begitu efektif diterapkan sebagai solusi. Mobilisasi truk pengangkut sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tidak sesederhana di pulau besar.

“Bank sampah di desa itu pembuangan akhirnya di mana? Bank sampah itu bagus, tapi ini kepulauan, beda dengan daratan yang bisa (mobil) pengangkutnya ke tempat penampungan besar. Masa mau diangkut lagi (sampahnya) ke perahu?” ujarnya.

Warga lah yang justru menerapkan cara sederhana untuk mengelola sampah. Khususnya sampah organik. Warga rata-rata membuat lubang resapan atau biopori di belakang rumah mereka.

Cara ini dianggap paling efektif dan sederhana untuk mengolah sampah hasil pangan rumah tangga. “Kalo sampah di sini, (sampah) sisa makanan, ditaruh di belakang. Dibikinkan lubang,” terang Eti yang merupakan istri kepala desa setempat ini.

Sampah plastik di tepian Pulau Gusung/Foto: Andi Audia Faiza Nazli Irfan/Bollo.id
Sampah plastik di tepian Pulau Gusung/Foto: Andi Audia Faiza Nazli Irfan/Bollo.id

Eti juga turut menampung aspirasi warga untuk mengelola sampah. Khususnya sampah plastik yang mencemari pulau. Harapan itu layangkan untuk Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Selayar.

Warga Pulau Gusung berharap pemerintah melalui DLH bisa menyediakan fasilitas mesin pencacah plastik. Dengan mesin, sampah plastik bakal diolah menjadi sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang infrastruktur pulau. 

Limbah plastik yang didaur ulang bisa menjadi paving block sehingga dapat mengurangi penumpukan sampah. “(Butuh) mesin pencacah. Itu pernah dikoordinasikan ke DLH. Mesin penghancur sampah untuk plastik,” harap Eti.


Editor: Sahrul Ramadan

Tinggalkan balasan

Your email address will not be published.

Terbaru dari Berita Terbaru

Makassar Kota Parkir Liar

Percayalah kamu yang membaca ini pasti pernah merasakannya. Singgah sebentar, tiba-tiba ditagih tukang parkir liar.