Potret banjir di desa Pombakka, Kecamatan Malangke Barat Luwu Utara/Dokumentasi Warga
Potret banjir di desa Pombakka, Kecamatan Malangke Barat Luwu Utara/Dokumentasi Warga

4 Kecamatan di Luwu Utara Terendam Banjir Berbulan-bulan karena Pemerintah Abai

Beberapa warga yang terdampak mengungkapkan jika daerah mereka masih kebanjiran akibat pemerintah tidak memperbaiki tanggul yang jebol.

Bollo.id – Sejumlah desa di empat kecamatan di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan dikabarkan terendam banjir berbulan-bulan. Beberapa warga yang terdampak mengungkapkan jika daerah mereka masih kebanjiran akibat pemerintah tidak memperbaiki tanggul yang jebol.

Empat kecamatan yang hingga kini masih terendam banjir mencakup Baebunta Selatan, Malangke Barat, Malangke, dan Sabbang Selatan. Di Desa Pombakka, Kecamatan Malangke Barat, banjir sudah merendam rumah warga di sana sejak Rabu, 24 April 2024 lalu.

Banjir tersebut akibat luapan air sungai rongkong yang membuat tanggul jebol. “Sampai sekarang belum ada solusi dari pemerintah tentang penanganan banjir yang melanda Desa Pombakka,” kata Asdar, warga di Desa Pombakka kepada jurnalis Bollo.id, Rabu, 15 Mei 2024.

Menurut Asdar, di Desa Pombakka terdapat sekitar 400 kepala keluarga atau KK yang terdampak banjir sejak dua pekan terakhir. Ketinggian air mencapai 80 sentimeter hingga 1,5 meter. Beberapa warga yang terdampak banjir di sana memilih untuk mengungsi ke rumah keluarga mereka. 

“Satu desa terdampak, mulai dari petani kebun maupun tambak. Semua terendam banjir,” kata Asdar. “Rumah yang terendam banjir kurang lebih 100 rumah”.


Baca juga: Nelangsa Banjir Luwu, 13 Orang Meninggal Dunia Hingga 16 Desa Terisolir


Selain Desa Pombakka, di Kecamatan Malangke Barat juga ada Desa Wara, Limbong Wara, dan Cenning yang ikut terendam. Sama dengan di Kecamatan Malangke Barat, di Baebunta Selatan, Luwu Utara terdapat tiga desa yang terendam banjir akibat luapan Sungai Rongkong. 

Yaitu Desa Lawewe, Lembang-lembang dan Beringin Jaya. “Yang terparah saat ini dua kecamatan, Malangke Barat dan Baebunta Selatan. Itu desa yang saya sebut sudah terendam selama tiga bulan,” kata Rauf, seorang warga di Desa Lawewe yang juga ikut terdampak banjir.

Kepala Desa Lembang-lembang, Arwin Ansar mengatakan, jika di wilayahnya juga terendam banjir juga akibat tanggul yang jebol. Sampai sekarang, katanya banjir masih meluap ke pemukiman dan menggenangi lahan serta kebun milik warga. “Kejadian banjir dari tanggal 26 Maret 2024 sampai saat ini.”

Potret banjir di Desa Lawewe, Kecamatan Baebunta Selatan, Luwu Utara/Dokumentasi Warga
Potret banjir di Desa Lawewe, Kecamatan Baebunta Selatan, Luwu Utara/Dokumentasi Warga

Seorang warga terdampak yang menolak disebut identitasnya juga mengatakan, banjir yang terjadi sejak Selasa, 26 Maret 2024 itu membuat aktivitas warga lumpuh. “Karena selain merendam pemukiman juga merendam lahan pertanian dan perkebunan warga,” katanya. “Pemerintah hanya melakukan assesment dan bantuan sembako, tetapi masalah penyebab banjir belum ditangani”.

Di Kecamatan Malangke, juga ada beberapa desa yang terendam banjir sampai saat ini. Antara lain adalah Desa Pute Mata, Tolada, Giri Kusuma, Pettalandung, Pattimang, dan Malangke. 

“Debit air Sungai Rongkong makin meningkat akibat intensitas hujan meningkat ditambah pendangkalan sungai karena banyaknya tumpukan sedimen, terutama pasir. Tanggul penahan Sungai Rongkong, Sungai Masamba dan Sungai Baliase yang jebol di beberapa titik,” kata warga yang terdampak. 


Dukung kami

Bollo.id adalah media independen dan tidak dikuasai oleh investor. Sumber keuangan kami tidak berasal dari industri ekstraktif atau pihak-pihak yang memiliki afiliasi dengan industri tersebut. Dukung kami dengan berdonasi, agar bollo.id terus bekerja demi kepentingan publik.

Donasi melalui: bit.ly/donasibollo


Menurut Rauf dan Asdar, banjir yang terjadi di desa mereka bukan baru kali ini saja. “Banjir ini bukan baru keberadaannya, sudah berpuluh-puluh tahun,” kata Rauf. “Pemerintah Alhamdulillah. Tapi itu bukan solusi, solusi utama yaitu penanganan Sungai Rongkong,” katanya lagi.  

Rauf mengatakan di Desa Lawewe, warga masih tetap bertahan di lokasi banjir. Tetapi tanaman mereka sebagai sumber pencaharian sudah tidak ada. “Tanaman sudah mati karena mayoritas masyarakat petani. Masyarakat tinggal menunggu keajaiban Allah.”

Sementara Asdar bilang jika di tempat tinggalnya di Desa Pombakka, banjir hampir setiap tahun terjadi. Tapi musibah kali ini adalah yang terparah daripada tahun-tahun sebelumnya. “Karena sudah beberapa kali jebol tanggul, barusan begini sampai di dalam rumah,” ungkap Asdar.

Karena kejadian yang terus berulang kata Asdar, warga di Desa Pombakka pun selalu menyampaikan kepada pemerintah setempat untuk segera memperbaiki tanggul di desanya. 

“Setiap Musrembang desa, tetap kami usulkan perbaikan tanggul sepanjang kurang lebih 18 kilometer yang ada di Desa Pombakka. Tapi sampai saat ini tidak ada sedikitpun yang tersentuh,” ungkap Asdar kembali.

“Tentu kami masyarakat sangat berharap kepada pemerintah daerah, provinsi maupun pusat agar ada perhatian khusus dengan tanggul yang ada di Desa Pombakka.”


Editor: Sahrul Ramadan


Tinggalkan balasan

Your email address will not be published.

Terbaru dari Berita Terbaru

ollo.id adalah media independen dan tidak dikuasai oleh investor. Sumber keuangan kami tidak berasal dari industri ekstraktif atau pihak-pihak yang memiliki afiliasi dengan industri tersebut.
Skip to content