Bollo.id — Kabupaten Kepulauan Selayar menjadi daerah penyumbang terbesar kelapa untuk Sulawesi Selatan. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), negeri Tanadoang itu pada 2022 memproduksi 26.436 ton kelapa dari luas lahan mencapai 19.769 hektar.
Itulah mengapa saat berkunjung ke Selayar, sepanjang jalan, saya banyak sekali menemukan tanaman ini menjulang bak gedung kalau di perkotaan. Di Kecamatan Benteng menuju puncak Tanadoang, Desa Bontomarannu, Kecamatan Bontomanai, saya berbincang dengan Mei Sidarjo.
Ia bertugas sebagai penyuluh pertanian di Tanadoang. Sebagai warga lokal, Mei seolah paham betul bagaimana aktivitas pertanian yang ditekuni warga sebagai sumber penghasilan utama. Produk pertanian itu kemudian dijual ke wilayah lain di Sulsel. Salah satunya Kota Makassar.
Bollo.id adalah media independen dan tidak dikuasai oleh investor. Sumber keuangan kami tidak berasal dari industri ekstraktif atau pihak-pihak yang memiliki afiliasi dengan industri tersebut. Dukung kami dengan berdonasi, agar bollo.id terus bekerja demi kepentingan publik.
Donasi melalui: bit.ly/donasibollo
“Tanaman perkebunan (yang banyak ditanam di sini). Yang dijual ke Makassar itu pala, cengkeh, vanili, kelapa, dan jambu mente,” katanya saat pertemuanku dengannya pada 11 April 2025 lalu.
BPS pada 8 Maret 2024 mencatat, lengkuas, menjadi produk pertanian dari Bontomanai yang banyak beredar di Sulsel. Produksi lengkuas di tahun itu mencapai 3.500 kilogram. Sedangkan produksi kelapa untuk jenis tanaman perkebunan mencapai 24.120 ton di 2020 dan meningkat menjadi 26.436 ton di 2021.
Produksi terbanyak kedua adalah cengkeh, yang pada 2020 menembus 491 ton dan meningkat jadi 492 ton di 2021. “Kalau cengkeh, produksi total untuk Desa Bontomarannu itu kemarin (waktu sebelumnya) lebih dari 1000 ton dan itu ada yang tidak habis dipanen,” kata Mei.
Di Selayar, khususnya di Kecamatan Bontomanai, sebagian besar masyarakat menurut BPS bekerja di sektor pertanian. Pada 2018, ada disekitar 21 ribu jiwa lebih menggeluti pekerjaan ini. Namun menurut Mei, masyarakat seharusnya bisa mengembangkan usaha pertaniannya sendiri.
Tak melulu produksi kelapa atau cengkeh sebagai sumber pencarian yang paling diunggulkan. Pisang kata Mei, sebenarnya bisa menjadi produk unggulan lain yang dapat diproduksi di sini. Semua yang bersumber dari pisang, sangat berpotensi untuk dimanfaatkan.
“Di petani itu saya bilang, tidak usah repot-repot, tidak usah jauh berpikir, pisang saja menguntungkan. Di Makassar saja, daun pisangnya dijual sampai berapa. Coba petani itu tanam pisang 500 bahkan 1000 pohon,” ungkap Mei.
Mei tak menampik kalau memang ada masyarakat yang menanam pisang. Namun mereka dinilai tak punya prospek untuk jangka panjang. “Kalau menanam pisang, jangan cuma tanam pisang 3 atau 10 pohon begitu, padahal pisang itu pohon jangka panjang,” katanya.
Editor: Sahrul Ramadan