Makassar, bollo.id – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Selatan terus menyoroti aktivitas PT Vale Indonesia di Pegunungan Lumereo, Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur. Kali ini, sorotan yang mereka lakukan saat memperingati Hari Anti Tambang 2023 di depan Kantor PT. Vale Indonesia di Jalan Somba Opu, Kota Makassar pada Senin, 29 Mei 2023.
Aksi demonstrasi yang dilakukan itu dengan membentangkan spanduk “Hapus konsesi tambang PT Vale Indonesia di Pegunungan Lumereo (Tanamalia).”
“Kami meminta kepada pemerintah untuk menghapus konsesi PT. Vale Indonesia di Pegunungan Lumereo,” kata Kepala Departemen Eksternal WALHI Sulsel, Rahmat Kottir dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 30 Mei 2023.
Dalam aksi tersebut, peserta juga menggunakan kostum negara Brazil dan Jepang sebagai simbol protes atas negara pemilik saham yang ada di PT Vale Indonesia. Dan seluruh komponen di PT. Vale harus menghormati hak-hak masyarakat serta memperhatikan tata kelola lingkungan.
PT. Vale Indonesia merupakan perusahaan tambang nikel terluas di Indonesia yang menguasai tanah seluas 118.435 hektare. Lahannya terbentang di 15 kecamatan yakni di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.
Namun deforestasi terbesar ada di Kabupaten Luwu Timur, dengan luas hutan yang hilang mencapai 16.138 hektare. Itu terdiri atas 6.031 hektare hutan primer dan 10.107 hektare hutan sekunder selama 1 dekade (2009-2019).
“Konsesi ini meliputi wilayah kelola masyarakat yang mengancam sumber-sumber kehidupan,” ucap Kottir.
Menurutnya, ancaman aktivitas pertambangan tidak hanya menggerus sumber perekonomian masyarakat, tetapi juga berpotensi memberi dampak pada mata air, sungai, dan danau towuti.
Bahkan juga berpotensi menimbulkan bencana seperti daerah-daerah lain yang telah berubah karena aktivitas pertambangan seperti longsor yang terjadi di Pegunungan Kuari, Desa Asuli Luwu Timur.
Diketahui, konsesi PT Vale di Blok Tanamalia mencakup dua desa, yakni Ranteangin dan Loeha. Di mana petani merica ada di blok Tanamalia yang berdomisili di Desa Rante Angin, Loeha, Bantilang, Tokalimbo, dan Masiku.
Baca juga: Eksplorasi PT Vale Indonesia Rugikan Petani Merica Luwu Timur
Sehingga, kehidupan seluruh petani di Blok Tanamalia terancam oleh perluasan konsesi PT Vale. Saat ini aktivitas PT Vale di Blok Tanamalia sudah masuk tahap eksplorasi, perusahaan mulai melakukan pengeboran yang merusak beberapa pohon merica milik petani.
“Kegiatan eksplorasi di kebun merica dilakukan tanpa konsultasi dengan warga,” ucap dia. “Mereka telah melakukan pengeboran untuk mendapatkan bahan uji sampel sejak tahun lalu.”
Padahal, lanjut dia, para petani di Tanamalia telah merasakan kesejahteraan dengan hasil mericanya. Karena itu, mereka tidak ingin kembali miskin akibat pengrusakan lahan merica yang telah menghidupkan mereka hingga menyekolahkan anaknya sampai sarjana. Selain itu, masyarakat juga ingin menjaga ekosistem yang ada, sehingga tidak mau membuka lahan di daerah rawan longsor dan lokasi mata air.