Bollo.id — Sebenarnya sudah banyak sekali artikel yang mengulas tentang bahaya sampah plastik. Riset mendalam berhujung temuan dampak pencemaran lingkungan dari limbah material plastik pun banyak sekali berseliweran di internet.
Kamu bisa menemukannya lewat mesin pencarian. Bak kebutuhan pokok, plastik erat kaitannya dengan aktivitas keseharian kita. Yang pasti, kondisi ini tentu disadari. Sehabis belanja di pasar, toko kelontongan, hingga abang-abangan camilan yang mangkal di tepi jalan.
Kita bisa membayangkan, penggunaanya tentu kian meningkat di momen-momen tertentu. Oke! Ngomong-ngomong soal plastik dan bertepatan dengan hari raya Iduladha 2025, Organisasi Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) atau organisasi Jurnalis Lingkungan Indonesia menyerukan masyarakat mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai.
Bollo.id adalah media independen dan tidak dikuasai oleh investor. Sumber keuangan kami tidak berasal dari industri ekstraktif atau pihak-pihak yang memiliki afiliasi dengan industri tersebut. Dukung kami dengan berdonasi, agar bollo.id terus bekerja demi kepentingan publik.
Donasi melalui: bit.ly/donasibollo
Menurut SIEJ, sampah plastik berdampak terhadap lingkungan dan kesehatan, serta sulit diurai tanah. “Karena, jika terus digunakan akan menjadi sampah yang nantinya berdampak bencana,” ujar Koordinator Simpul SIEJ Sulawesi Selatan, Darwin Fatir dalam siaran pers yang diterima redaksi Bollo.id, Kamis, 5 Juni 2025.
SIEJ Sulsel juga mengajak seluruh pihak tidak memakai kantong plastik kresek untuk dijadikan wadah saat menerima daging kurban. Mereka menyarankan agar para pemberi maupun penerimaan daging hewan kurban menggunakan wadah ramah lingkungan. Semisal besek atau anyaman bambu.
Bila merujuk dari catatan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Sulsel, ada 136.817 ribu hewan siap kurban. Dapat dibayangkan berapa juta kantong plastik digunakan menampung daging yang pada akhirnya menjadi sampah plastik.
“Oleh karena itu, kami mendorong panitia kurban menggunakan wadah ramah lingkungan saat membagikan daging kurban, tidak pakai kantong plastik. Ini sebagai upaya pencegahan bertambahnya sampah plastik yang kian hari semakin sulit dikendalikan,” seru Darwin.
Baca juga artikel lainnya tentang sampah:
- Makassar Tak Memiliki Standar Pengelolaan Sampah Elektronik
- Sampah di Makassar Tiap Tahun Meningkat, Apa yang Keliru?
- Tempat Pembuangan Minim, Sampah Berserakan ke Jalan di Moncongloe Maros
Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), jumlah timbunan sampah secara nasional pada pertengahan 2025 diperkirakan mencapai 33,621 juta ton per tahun, dengan 39,91 persen atau 13,417 juta ton tidak terkelola dengan baik. Bahkan diperkirakan, 800.000 ton sampah plastik mengalir ke laut.
Menurut Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Makassar, pada 2021 sampah di tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangapa, Manggala, mencapai 868 ton per hari, kemudian meningkat pada 2022 sebanyak 905 ton per hari. Seiring waktu, jumlah sampah terus meningkat.
Tercatat, pada 2024 produksi sampah mencapai angka 4,1 juta ton per tahun yang masuk ke TPA. DLH mencatat, setiap orang di Makassar diperkirakan menghasilkan sampah sekitar 0,6 gram-1 gram per hari.
Bila melihat jumlah penduduk khusus di Kota Makassar pada 2024 merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025 sebanyak 1,477 juta lebih. Kalau dihitung sampah 0,6 gram per orang, maka sampah dihasilkan lebih dari seribu ton per hari masuk di TPA.
Disisi lain, luas TPA Tamangapa yang kini sudah mencapai 19,1 hektar diperkirakan sudah tak mampu menampung sampah perkotaan hingga dua tahun ke depan. Situasi ini tentu akan semakin mencemaskan bila tak ada upaya konkrit dalam pengelolaan sampah.
Menurut SIEJ Sulsel, penerapan Pasal 51 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup masih belum maksimal. Kendati demikian, Pemerintah Pusat menargetkan pengelolaan sampah 51,20 persen pada 2025, namun realisasinya baru mencapai 39 persen.
Selain itu, fasilitas pendukung pengelolaan sampah dinilai belum beroperasi secara optimal. Yakni Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, dan Recycle (TPS3R), Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), hingga Pusat Daur Ulang (PDU).
“Kami mengharapkan dukungan pemerintah serta kesadaran masyarakat bersatu dan bersama-sama menekan pemakaian kantong plastik maupun wadah plastik sekali pakai,” harap Darwin.
“Selain dampaknya merusak, mencemari lingkungan, juga menambah timbunan sampah. Gunakan wadah ramah lingkungan demi menjaga kelestarian lingkungan kita tetap sehat,” jurnalis Kantor Berita Indonesia ANTARA ini menyudahi.
Editor: Sahrul Ramadan