Tiga pertunjukan monolog perempuan menghadirkan refleksi tentang tubuh, ruang, dan kesadaran ekologis di tengah kota yang retak. Tubuh menjadi bahasa untuk membaca ulang kota.
Kota, engkau sebenarnya diciptakan untuk apa? Engkau dibangun untuk siapa? Engkau ditata untuk apa sebenarnya?