Tiga pertunjukan monolog perempuan menghadirkan refleksi tentang tubuh, ruang, dan kesadaran ekologis di tengah kota yang retak. Tubuh menjadi bahasa untuk membaca ulang kota.
Banjir bukan hanya menggerus sawah dan dapur, tetapi juga perlahan mengikis keinginan untuk tinggal dan berumah di kampung sendiri.