Bollo.id — Perempuan Wajo di Desa Sempange, Kecamatan Tanasitolo, memelihara tradisi tenun sutra sebagai bagian penting dari kehidupan sehari-hari dan ekonomi keluarga.

Proses menenun, menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di kolong rumah panggung, merupakan keterampilan yang diwariskan secara turun temurun dari ibu kepada anak.

Proses produksi dimulai dengan persiapan benang sutra putih (ma’cello), yang dicelup berulang kali dalam wajan besar berisi air hangat di kolong rumah. Pengeringan memakan waktu delapan jam jika cuaca terik, atau bisa mencapai tiga sampai empat hari jika hujan.

Bollo.id adalah media independen dan tidak dikuasai oleh investor. Sumber keuangan kami tidak berasal dari industri ekstraktif atau pihak-pihak yang memiliki afiliasi dengan industri tersebut. Dukung kami dengan berdonasi, agar bollo.id terus bekerja demi kepentingan publik.
Donasi melalui: bit.ly/donasibollo
Setelah kering, benang dipintal manual atau dengan dinamo, lalu disusun ulang mengikuti balo. ATBM menjadi tulang punggung produksi saat ini karena dianggap lebih efisien dibandingkan baddoka (alat tenun yang dipangku, yang berat dan melelahkan).
Di tengah efisiensi alat modern, tangan perempuan berperan penting dalam menjaga mutu kain sutra Wajo, terutama untuk mengukur ketegangan lusi, menghitung jarak pakan, dan menakar warna.

Hasilnya, satu lembar kain biasanya diselesaikan dalam satu hingga dua hari, tergantung pada tingkat kerumitan motif dan jumlah pekerja.
Baca juga: Perempuan Wajo Menjaga Napas Sutra
Generasi baru, seperti Kartini, tidak hanya meneruskan tradisi menenun tetapi juga beradaptasi dengan pemasaran digital dan menghadapi tantangan seperti regenerasi pekerja dan ketidakpastian bahan baku.
Perempuan Wajo memanfaatkan momen ini untuk mengikat waktu; mereka menjalankan tiga peran sekaligus: menjaga rumah, mengasuh, sekaligus menenun penghidupan.

Dari proses mekanis ini, motif atau balo, sebutan masyarakat Wajo, muncul perlahan dari hitungan lusi dan pakan yang harus tepat.
Meskipun pekerjaan ini sering dianggap sebagai sampingan, tenun sutra berfungsi sebagai penopang ekonomi utama dan menjadi bagian integral dari identitas budaya di Kabupaten Wajo.

Artikel ini merupakan hasil kolaborasi Bollo.id dan Project Multatuli untuk koleksi jendela.projectmultatuli.org
Editor: Sahrul Ramadan